Minggu, 05 Desember 2010

Membeli Kosong


Alkisah di sebuah desa Irid di negeri Uyghur (di Cina), terdapat banyak sekali toko. Toko sepatu, toko kemeja, toko jam, toko handphone, dan lain lain. Namun ada toko yang sangat terkenal, karena menjual berbagai perlengkapan dalam melengkapi manusia di zaman tersebut.

Toko serba ada A Ceng. Di Toko sebelah ada Toko Sosial yang melatih para gelandangan dan pemulung yang mau dilatih untuk belajar di sana, untuk mengembangkan usaha sendiri. Namun entah kenapa, mungkin karena latihan butuh waktu yang panjang, Toko Sosial itu selalu sepi pengunjung, bahkan lebih sering kosong.

Di depan toko A Ceng tinggal tetap seorang pemulung, dia makan, minum, hidup, tinggal di emperan toko A Ceng. Setiap hari dia melihat orang lalu lalang membeli keperluan mereka di toko A Ceng yang terkenal ini. Dia ingin sekali menggunakan baju dari toko A Ceng, kadang dia melihat kemeja merk Gucci, dan begitu terpesonanya hingga ingin membeli, kadang dia melihat celana merk Kendi, dan dia juga sangat ingin memilikinya. Ada cincin, kalung, gelang, bahkan sampai peralatan paling pribadi dijual di toko A Ceng yang sangat elegan.

Harga yang harus dibayar sebenarnya sama sekali tidak murah, bahkan bisa dibilang sangat mahal. Namun entah kenapa pemulung ingin memiliki barang2 di toko A Ceng, sama seperti seisi desa Irid ingin memiliki barang2 ini.

Namun ada yang aneh di desa ini. Semua penduduk desanya terbiasa hidup dengan berhutang. Begitu pula si pemulung. Sebegitu inginnya dia dengan barang dari toko A Ceng, dia akhirnya berhutang untuk membeli barang2 tersebut.

Beberapa minggu kemudian si Pemulung sudah berganti rupa, menjadi warga tampan dengan pernak-pernik dari toko A Ceng. Namun, sebenarnya pemulung ini bukan menjadi warga tampan, dia menjadi semakin miskin dengan caranya. Karena gaya hidup konsumerisme desa ini, pemulung inipun tidak perduli dengan hutangnya. Dia menjadi semakin liar dalam membeli pernak-pernik untuk menambal kemiskinannya. Ironisnya, tambalan tersebut membuat dia semakin miskin.

Semakin dia tambil baik, semakin dia miskin. Semakin dia berusaha menjadi terlihat kaya, dia sedang menjadi semakin miskin.

-Tidak mungkin meminum air dari gelas yang telah kosong-
Selengkapnya...

Cermin yang Retak


Putri salju bertanya pada cermin ajaib.

"Cermin, siapakah yang paling cantik di dunia?"

Cermin berkata,

“Putri saljulah yang paling cantik”

Suatu hari karena kesalahan pembantunya,

Cermin tersebut terjatuh dan rusak


Tapi cermin ajaib tetap saja cermin ajaib
Karena kasihnya putri pada cermin tersebut,
Putri salju kemudian merangkainya kembali dalam bingkai aslinya
Bentuknya cermin ini tidak lagi sempurna,
Telah ada banyak sambungan dan retakan tanda kecacatan
Namun Putri salju tetap kembali bertanya pada cermin ajaib,


Cermin yang sudah tidak mampu mencerminkan dirinya dengan utuh,
“Cermin siapakah yang paling cantik?”
Cermin berkata, “Putri saljulah yang paling cantik”


Sekalipun si cermin tidak mampu menggambarkan putri secantik dan seutuh dulu
Tapi masih ada gambaran kecantikan putri salju di balik pecahan kaca yang tersisa
Cermin masih bisa menggambarkan kecantikan putri salju
Dalam pecahan-pecahannya



Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah,
Namun manusia yang mana yang menggambarkan Allah?
Bahkan manusia terbaikpun tak dapat menggambarkan Allah sepenuhnya
Lalu siapa yang menggambarkan Allah?
Semua manusia menggambarkan Allah
Pribadi manusia mencerminkan pribadi Allah
Pribadi manusia menggambarkan Allah

Namun manusia telah jatuh dalam dosa
Gambaran tersebut telah terpecah dan tidak lagi utuh sekarang
Suatu saat, gambaran kita akan menjadi utuh


manusia berdosa, manusia gambaran Allah
kedua-duanya benar dan tetap hidup
pengekstriman ke salah satu sisi akan mematikan sisi lainnya
dan menghilangkan polaritas kebenaran



inspired by: Gloryka Ednadita
Selengkapnya...

Kamis, 16 September 2010

Dunia yang Kotak


Topeng-topeng berkeliaran? Ego berkelahi di dalam diri? Tidakkah semua orang merasakannya?



Memakai peran serius saat kuliah, peran bercanda saat diluar, pintar saat di sekeliling orang pintar, pura-pura menyukai diri sendiri, suci saat dilihat orang, telah lama dia kehilangan dirinya yang sebenarnya karena mengikuti kata orang-orang berpengaruh di sekitarnya. Mengkotak-kotakkan perilakunya dan orang lain dalam kategori yang belum ada saat dunia selesai diciptakan, mengkotak-kotakkan dunia menjadi sederhana dan melewatkan dinamikanya yang menakjubkan. Mengkotak-kotakkan jiwa manusia yang unik, original, dan penuh gejolak hanya dengan dua kata: benar dan salah! Kudus dan Dosa..



Kamu diterima jika dan hanya jika kotakmu sama denganku. Jika kamu suku X maka kamu kuterima, jika agamamu X maka aku menerimamu, jika kamu punya uang sejumlah X maka aku menerimamu, jika kelakuanmu memenuhi standar X atau setidaknya berusaha mencapainya maka aku menerimamu, jika kamu sependapat denganku maka aku menerimamu. Jika tidak, keluar dari sini dan gunakan topengmu. Aku tidak butuh mengenalmu.



Tertolak, terbuang, tertinggal, terhilang. Di sini banyak orang dengan sindrom kehilangan penerimaan tanpa syarat suatu bentuk kedewasaan tanpa model. Kesedihan yang diungkapkan lewat tangisan sendirian di kamar, kesedihan yang diungkapkan dengan melayani orang di sekitar, kesedihan yang diungkapkan dengan mendengarkan musik keras-keras, kesedihan yang diungkapkan dengan menjadi penting bagi orang lain. Topeng untuk membeli perhatian. Topeng yang harus digunakan supaya kamu diterima. Topeng suci.

Keluargamu menerimamu dengan syarat, sahabatmu menerimamu dengan syarat, temanmu menerimamu dengan syarat, kolegamu menerimamu dengan syarat, tetanggamu menerimamu dengan syarat, anjing peliharaanmu menerimamu dengan syarat, bahkan agamamu menerimamu dengan syarat.



Syarat yang harus kamu penuhi bahkan oleh lembaga yang menganggap dirinya suci. Hipokrit-hipokrit bermunculan hanya untuk memenuhi standar tertentu. Hipokrit muncul sebagai pahlawan yang membela diri mereka sendiri dengan luka parut yang dalam di jiwa mereka. Hipokrit yang menekan orang lain supaya sama dengan mereka, jika tidak jangan harap kamu diterima. Hipokrit yang berkeliaran dengan topeng baiknya. Hipokrit adalah para orang baik dalam arti terburuk kata itu.



Syarat juga harus dipenuhi bahkan di lembaga yang dipertemukan secara random. Keluargapun menerapkan syarat mengerikan dalam penerimaan. Kamu harus jadi dokter! Kenapa kakakmu pintar dan kamu bodoh ya? Kakakmu cantik/tampan, kamu kog jelek ya? Apa kamu bisa bertindak baik? Kenapa si kamu tu selalu salah? Apa kamu gak pernah dengar kata mama/papa? Ini semua buat kebaikanmu sendiri! Apa kata orang nanti kalau kamu begini terus? Mau ditaruh mana muka papa/mama kalau rekan papa/mama melihat kelakuanmu?



Dunia itu bulat, bukan kotak.



Dunia merindukan penerimaan tanpa syarat dalam bentuk paling mengerikan yang pernah ada. Berbahagialah mereka yang diterima tanpa syarat, dan berhati-hatilah mungkin penerimaan tanpa syarat yang Anda rasakan sebenarnya bersyarat, ketika Anda telah keluar dari syaratnya maka…Selamat tinggal…



-Tambahan sedikit. Kotak itu peninggalan jaman dulu, contoh: HP Nokia Kotak, Mobil bentuknya Kotak, TV kotak (sekarang uda ada TV borderless), Kotak itu jadul, waktunya beralih. Dunia tanpa batasan! Dunia tanpa Topeng, Dunia, iya dunia...-



Aku tidak perduli kamu dulu bagaimana. Apakah kamu dulu menyakiti Bapak, pemberontak, bahkan dulu kamu pernah mengutuk Bapak supaya Bapak cepet mati. Bapak ga perduli semua itu, kalaupun kamu nanti akan menyakiti Bapak lagi, atau kamu kembali jadi sejahat dulu lagi atau lebih buruk, Bapak tetap sayang sama kamu. Bapak akan mencari kamu dan ketika Bapak melihat kamu dari kejauhan , Bapak akan berlari dan memeluk kamu, seperti yang Bapak lakukan dulu. -Bapakku-
Selengkapnya...

Senin, 16 Agustus 2010

Haus..

Penulis tidak punya ide dasar untuk menulis kali ini.
Hanya ingin mengungkapkan keruwetan pikiran.
Yang terlalu sulit untuk diekspresikan..

Entah sudah berapa lama manusia hidup.
Manusia hidup bersama alam, bersama jutaan spesies lainnya.

Manusia belajar dari alam, belajar dari jutaan spesies lainnya.
Sains dikembangkan dari alam, dari jutaan spesies lainnya.
Gedung-gedung yang tinggi, hukum-hukum fisika, biologi dan kimia..
semuanya berasal dari alam, dari jutaan spesies lainnya.

Dari sains yang diajarkan oleh alam dan jutaan spesies lainnya..
Sains juga yang dipakai manusia untuk menghancurkan alam, membunuh entah berapa banyak spesies yang menolong mereka..

Manusia pada awalnya hidup berkelompok
Berkerja sama untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan
Mereka mendapatkan beberapa barang, dan menukarkan dengan apa yang mereka butuhkan
Barter..manusia modern menyebutnya demikian..
Manusia menyadari bahwa mereka butuh alat tukar untuk berbelanja
Terlalu banyak seubjektivitas jika kita hanya berdasar pada tukar menukar
Dan akhirnya, lewat kecerdasannya..
Manusia menciptakan uang..
Dan entah sejak kapan pula akhirnya uang yang mengatur manusia


Manusia hidup awalnya tanpa peraturan.
Makan ketika ingin makan, buang ketika ingin buang, buat ketika ingin buat.
Semua bergerak lewat tatanan primitif, insting.
Perlahan manusia menyadari mereka tidak bisa seperti ini terus.
Mereka hidup bersama, mereka butuh alur.
Dalam beberapa milenium terakhir, muncul satu kata yang mengatur: hukum

Hukum mengatur manusia, dan akhirnya manusia memanipulasi hukum.
Kebenaran dipermainkan, hanya untuk ego.
Salah dan benar berada di zona abu-abu
Hukum bisa mencegah seseorang membunuh, tetapi tidak membenci
Hukum bisa mencegah seseorang mencuri, tetapi tidak iri hati
Hukum bisa mencegah seseorang memperkosa, tetapi tidak berpikir kotor
Hukum bisa mengatur perbuatan baik, tapi tidak mengatur manusia yang sesungguhnya
Hukum bisa membuat manusia kelihatan baik, tapi mendorong hipokrit-hipokrit bermunculan
Berlaku juga untuk hukum agama

Dunia ruwet ini butuh sesuatu untuk membereskan semuanya.
Dunia telah kehausan kasih karunia dalam bentuk yang tidak terekspresikan lagi.
Kehausan yang mendalam akan penerimaan tulus.

Bukan mengejar kekayaan dan akhirnya makin kehausan, tapi rasa syukur yang meluap dari dalam hati sekalipun dalam seminggu hanya berpenghasilan 40 ribu (masih dipotong 20 ribu untuk disumbangkan ke lembaga agama, kisah nyata, red.)
Bukan greed sains yang akhirnya dipakai untuk pemusnahan guru mereka sendiri, tapi great sains yang berkembang dalam kejujuran dan keindahan
Bukan hukum yang mendorong kebohongan, tapi hubungan yang memerdekakan.

Freedom..

- I have no religion
but i have Jesus -
Selengkapnya...

Jumat, 13 Agustus 2010

Benar-Benar Benar


Aku sudah mencari kebenaran ini kemana-mana
Aku sudah melihatnya dari "buku kebenaran"
Aku tidak mungkin salah
Aku pasti benar
dan kamu yang salah"

Secara tidak sadar hampir setiap orang yang saya temui
mengembangkan cara berpikir seperti ini
masing-masing menganggap mereka benar menurut versi mereka.
Pertanyaan kritisnya, sekalipun ada bukti siapa yang menentukan
sesuatu itu benar atau salah? Logis atau tidak? Siapa? Kitakah?
Atau siapa?

Pertanyaan kedua yang muncul kenapa fenomena ini bisa terjadi
di hampir semua orang yang saya temui, termasuk mahasiswa, ababil,
dosen, pegawai, bahkan pendeta (seringkali yang terakhir ini
menyusahkan)

Jawabannya adalah: belief system
Secara singkat belief adalah apa yang kita anggap benar
Jadi orang lain yang bertentangan dengan belief kita akan langsung
menjadi salah. Padahal yang mungkin salah adalah belief system kita sendiri

Contoh nyata-nyata yang paling sering saya lihat di kampus, bukan hanya di kedokteran tapi dimana-mana:
Di kampus banyak orang pintar bahkan jenius
tapi kenapa di kampus pintar yang saya tempati, banyak orang masih mengejar sertifikat
hanya karena mereka tergila2 dengan selembar kertas yang dulu pernah beberapa diantaranya
pernah dibakar oleh beberapa orang yang saya sangat kenal oleh mereka sendiri?
Banyak yang tergila-gila dengan memanjangkan namanya sendiri (gelar red.)
Banyak yang berasumsi lingkungannya lebih suka dengan sertifikasi ketimbang kompetansi (menurut beliefnya dia red.)

Sebenernya kalau dilihat dari analisis sederhana sangat mudah ditebak.
Beberapa di antara mereka saya curiga ditolak atau ga disukai di keluarganya
atau minimal keluarganya juga gila gelar seperti dia
keluarganya mendasarkan harga diri anaknya dengan prestasi, kemampuan, de el el..
Atau yang paling minimal lagi masyarakat DISEKITARNYA memiliki asumsi yang sama dengan dia

Kenapa beberapa orang tidak?
kenapa bahkan beberapa orang yang saya kenal dengan baik sampai berani membakar sertifikat?
karena mereka tumbuh di keluarga yang mengasihi mereka tanpa syarat
lingkungan menerima mereka dengan biasa, tidak ada paksaan potensi
dan mereka tumbuh dengan menerima diri mereka
Sertifikat itu cuma selembar kertas yang menyimbolkan kompetensi, bukan kompetensi itu sendiri
Gelar itu cuma media promosi
Gelar dan sertifikat bukan diri kita
Saya ya saya
Berharga karna apa adanya saya
ga perlu ditambah dan jangan dikurangi
gelar ya bagus, tapi ga gila-gilaan ngejarnya.

Teman-teman orang dengan belief system yang pertama akan cenderung menyakiti dirinya sendiri
Berusaha memeluk dunia..
dan akhirnya akan kelelahan menambal harga dirinya sendiri

Kebenaran belief system disini sangat relatif, menurut orang yang satu bisa benar
menurut orang yang lain bisa salah.
Manusia tersusun dari banyak belief system yang akhirnya terpusat
menjadi sebuah value tentang dirinya, dan inilah yang akan menentukan kemana
arah nasib orang ini.

Belief system sendiri bukanlah kebenaran, hanya ini merupakan cara kita memandang sesuatu itu
benar atau salah..
dan biasanya cenderung statis, sehingga itu kenapa kepribadian juga sangat sulit dirubah
jangan berharap jika kita biasa menyontek saat kuliah, bisa dengan mudah berubah
saat sudah dewasa (dengan manifestasi dalam bentuk lagin, berbohong untuk keuntungan diri sendiri misalnya)

Dan biasanya belief system malas untuk belajar. jadi akan gitu-gitu aja
dari kita mulai belajar system di keluarga sampai terbentuknya saat sekitar 20an
setelah itu akan statis. kecuali ada usaha keras untuk merubahnya.

Hati-hati dengan menjustifikasi sesuatu benar atau salah.
Jangan-jangan itu cuma apa yang kita anngap benar.
dan semua orang punya belief system, pastinya..
yang penting adalah, berhati-hati melihat sesuatu benar atau salah
akan lebih baik kita melihat dunia lebih luas lagi
dan keluar dari penjara mental yang kita ciptakan sendiri
keluar dari belief system yang keliru dan menyusahkan hidup kita sendiri

ini bonus, di luar bayar (boong de)..
contoh belief system yang keliru, diukur bukan dengan belief systems saya
melainkan dari buku-buku psikologi, mind-technology dan buku-buku yang layak dipertanggung jawabkan lainnya.
1. cari uang itu susah
2. kamu harus sukses kalau mau dihargai orang
3. cewe itu matre semua (yang benar cewe butuh keamanan, dan biasanya disimbolkan sama uang)
4. cowo itu brengsek semua (pernah saya bahas di notes saya sebelumnya)
5. uang adalah akar kejahatan
6. orang lain hanya memanfaatkan saya
7. keluarga itu ga ada yang harmonis
8. tanpa gelar, kamu ga akan bisa cari kerja (dari film three idiot yang sudah dianalisa)

dan lain lain. (akan bertambah seiring bertambahnya umur postingan ini,hehe)
Selengkapnya...

onbux

Neobux

Sign by Danasoft - Get Your Free Sign