Senin, 16 Agustus 2010

Haus..

Penulis tidak punya ide dasar untuk menulis kali ini.
Hanya ingin mengungkapkan keruwetan pikiran.
Yang terlalu sulit untuk diekspresikan..

Entah sudah berapa lama manusia hidup.
Manusia hidup bersama alam, bersama jutaan spesies lainnya.

Manusia belajar dari alam, belajar dari jutaan spesies lainnya.
Sains dikembangkan dari alam, dari jutaan spesies lainnya.
Gedung-gedung yang tinggi, hukum-hukum fisika, biologi dan kimia..
semuanya berasal dari alam, dari jutaan spesies lainnya.

Dari sains yang diajarkan oleh alam dan jutaan spesies lainnya..
Sains juga yang dipakai manusia untuk menghancurkan alam, membunuh entah berapa banyak spesies yang menolong mereka..

Manusia pada awalnya hidup berkelompok
Berkerja sama untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan
Mereka mendapatkan beberapa barang, dan menukarkan dengan apa yang mereka butuhkan
Barter..manusia modern menyebutnya demikian..
Manusia menyadari bahwa mereka butuh alat tukar untuk berbelanja
Terlalu banyak seubjektivitas jika kita hanya berdasar pada tukar menukar
Dan akhirnya, lewat kecerdasannya..
Manusia menciptakan uang..
Dan entah sejak kapan pula akhirnya uang yang mengatur manusia


Manusia hidup awalnya tanpa peraturan.
Makan ketika ingin makan, buang ketika ingin buang, buat ketika ingin buat.
Semua bergerak lewat tatanan primitif, insting.
Perlahan manusia menyadari mereka tidak bisa seperti ini terus.
Mereka hidup bersama, mereka butuh alur.
Dalam beberapa milenium terakhir, muncul satu kata yang mengatur: hukum

Hukum mengatur manusia, dan akhirnya manusia memanipulasi hukum.
Kebenaran dipermainkan, hanya untuk ego.
Salah dan benar berada di zona abu-abu
Hukum bisa mencegah seseorang membunuh, tetapi tidak membenci
Hukum bisa mencegah seseorang mencuri, tetapi tidak iri hati
Hukum bisa mencegah seseorang memperkosa, tetapi tidak berpikir kotor
Hukum bisa mengatur perbuatan baik, tapi tidak mengatur manusia yang sesungguhnya
Hukum bisa membuat manusia kelihatan baik, tapi mendorong hipokrit-hipokrit bermunculan
Berlaku juga untuk hukum agama

Dunia ruwet ini butuh sesuatu untuk membereskan semuanya.
Dunia telah kehausan kasih karunia dalam bentuk yang tidak terekspresikan lagi.
Kehausan yang mendalam akan penerimaan tulus.

Bukan mengejar kekayaan dan akhirnya makin kehausan, tapi rasa syukur yang meluap dari dalam hati sekalipun dalam seminggu hanya berpenghasilan 40 ribu (masih dipotong 20 ribu untuk disumbangkan ke lembaga agama, kisah nyata, red.)
Bukan greed sains yang akhirnya dipakai untuk pemusnahan guru mereka sendiri, tapi great sains yang berkembang dalam kejujuran dan keindahan
Bukan hukum yang mendorong kebohongan, tapi hubungan yang memerdekakan.

Freedom..

- I have no religion
but i have Jesus -
Selengkapnya...

Jumat, 13 Agustus 2010

Benar-Benar Benar


Aku sudah mencari kebenaran ini kemana-mana
Aku sudah melihatnya dari "buku kebenaran"
Aku tidak mungkin salah
Aku pasti benar
dan kamu yang salah"

Secara tidak sadar hampir setiap orang yang saya temui
mengembangkan cara berpikir seperti ini
masing-masing menganggap mereka benar menurut versi mereka.
Pertanyaan kritisnya, sekalipun ada bukti siapa yang menentukan
sesuatu itu benar atau salah? Logis atau tidak? Siapa? Kitakah?
Atau siapa?

Pertanyaan kedua yang muncul kenapa fenomena ini bisa terjadi
di hampir semua orang yang saya temui, termasuk mahasiswa, ababil,
dosen, pegawai, bahkan pendeta (seringkali yang terakhir ini
menyusahkan)

Jawabannya adalah: belief system
Secara singkat belief adalah apa yang kita anggap benar
Jadi orang lain yang bertentangan dengan belief kita akan langsung
menjadi salah. Padahal yang mungkin salah adalah belief system kita sendiri

Contoh nyata-nyata yang paling sering saya lihat di kampus, bukan hanya di kedokteran tapi dimana-mana:
Di kampus banyak orang pintar bahkan jenius
tapi kenapa di kampus pintar yang saya tempati, banyak orang masih mengejar sertifikat
hanya karena mereka tergila2 dengan selembar kertas yang dulu pernah beberapa diantaranya
pernah dibakar oleh beberapa orang yang saya sangat kenal oleh mereka sendiri?
Banyak yang tergila-gila dengan memanjangkan namanya sendiri (gelar red.)
Banyak yang berasumsi lingkungannya lebih suka dengan sertifikasi ketimbang kompetansi (menurut beliefnya dia red.)

Sebenernya kalau dilihat dari analisis sederhana sangat mudah ditebak.
Beberapa di antara mereka saya curiga ditolak atau ga disukai di keluarganya
atau minimal keluarganya juga gila gelar seperti dia
keluarganya mendasarkan harga diri anaknya dengan prestasi, kemampuan, de el el..
Atau yang paling minimal lagi masyarakat DISEKITARNYA memiliki asumsi yang sama dengan dia

Kenapa beberapa orang tidak?
kenapa bahkan beberapa orang yang saya kenal dengan baik sampai berani membakar sertifikat?
karena mereka tumbuh di keluarga yang mengasihi mereka tanpa syarat
lingkungan menerima mereka dengan biasa, tidak ada paksaan potensi
dan mereka tumbuh dengan menerima diri mereka
Sertifikat itu cuma selembar kertas yang menyimbolkan kompetensi, bukan kompetensi itu sendiri
Gelar itu cuma media promosi
Gelar dan sertifikat bukan diri kita
Saya ya saya
Berharga karna apa adanya saya
ga perlu ditambah dan jangan dikurangi
gelar ya bagus, tapi ga gila-gilaan ngejarnya.

Teman-teman orang dengan belief system yang pertama akan cenderung menyakiti dirinya sendiri
Berusaha memeluk dunia..
dan akhirnya akan kelelahan menambal harga dirinya sendiri

Kebenaran belief system disini sangat relatif, menurut orang yang satu bisa benar
menurut orang yang lain bisa salah.
Manusia tersusun dari banyak belief system yang akhirnya terpusat
menjadi sebuah value tentang dirinya, dan inilah yang akan menentukan kemana
arah nasib orang ini.

Belief system sendiri bukanlah kebenaran, hanya ini merupakan cara kita memandang sesuatu itu
benar atau salah..
dan biasanya cenderung statis, sehingga itu kenapa kepribadian juga sangat sulit dirubah
jangan berharap jika kita biasa menyontek saat kuliah, bisa dengan mudah berubah
saat sudah dewasa (dengan manifestasi dalam bentuk lagin, berbohong untuk keuntungan diri sendiri misalnya)

Dan biasanya belief system malas untuk belajar. jadi akan gitu-gitu aja
dari kita mulai belajar system di keluarga sampai terbentuknya saat sekitar 20an
setelah itu akan statis. kecuali ada usaha keras untuk merubahnya.

Hati-hati dengan menjustifikasi sesuatu benar atau salah.
Jangan-jangan itu cuma apa yang kita anngap benar.
dan semua orang punya belief system, pastinya..
yang penting adalah, berhati-hati melihat sesuatu benar atau salah
akan lebih baik kita melihat dunia lebih luas lagi
dan keluar dari penjara mental yang kita ciptakan sendiri
keluar dari belief system yang keliru dan menyusahkan hidup kita sendiri

ini bonus, di luar bayar (boong de)..
contoh belief system yang keliru, diukur bukan dengan belief systems saya
melainkan dari buku-buku psikologi, mind-technology dan buku-buku yang layak dipertanggung jawabkan lainnya.
1. cari uang itu susah
2. kamu harus sukses kalau mau dihargai orang
3. cewe itu matre semua (yang benar cewe butuh keamanan, dan biasanya disimbolkan sama uang)
4. cowo itu brengsek semua (pernah saya bahas di notes saya sebelumnya)
5. uang adalah akar kejahatan
6. orang lain hanya memanfaatkan saya
7. keluarga itu ga ada yang harmonis
8. tanpa gelar, kamu ga akan bisa cari kerja (dari film three idiot yang sudah dianalisa)

dan lain lain. (akan bertambah seiring bertambahnya umur postingan ini,hehe)
Selengkapnya...

onbux

Neobux

Sign by Danasoft - Get Your Free Sign