Minggu, 02 Maret 2008

Anemia Defisiensi Besi

I. PENDAHULUAN
i. LATAR BELAKANG
Gizi sampai sekarang masih menjadi permasalahan di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Ketersediaan sumber makanan yang cukup dan masalah ekonomi mungkin menjadi penyebab kekurangan gizi. Ada beberapa permasalahan gizi di Indonesia yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan gizi utama di Indonesia seperti kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kurang iodium, dan gangguan zat besi.
Defisiensi besi masih menempati tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sampai sekarang, defisiensi besi belum mendapat titik terang untuk mengatasi bagaimana mengatasinya, terutama untuk kalangan rawan defisiensi besi seperti kalangan ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, anak perkerja atau buruh yang berpenghasilan rendah (Wijayanti,Y,1989).
Besi digunakan oleh tubuh sebagai faktor pembentuk hemoglobin. Sehingga jika besi mengalami defisiensi, maka proses pembentukkan hemoglobin juga dapat terganggu. Berkurangnya hemoglobin dapat berakibat pada kekurangan suplai oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Sehingga pada penderita dapat ditemukan tanda-tanda lemas, pucat, mudah lelah, dll.
Anemia defisiensi besi merupakan penurunan kadar besi yang disimpan maupun yang seharusnya digunakan untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein dalam darah untuk mengikat oksigen dan menggunakannya untuk suplai oksigen ke seluruh tubuh. Defisiensi besi mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Dan dapat berakibat fatal jika kesalahan diagnosis terjadi dan keadaan pasien bertambah buruk.
Dalam skenario, ditemukan batita dengan hernia inguinalis lateralis sinistra reponibilis, dan bising sitolik pada semua ostia. Dengan keluhan berat badan yang tidak naik-naik, pucat, tidak mengeluh sesak nafas sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, denyut jantung 120X/menit, laju respirasi 28X/menit, afebril, konjungtiva anemis (+).
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb, Ht, MCV, MCH, MCHC, Serum ion. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, pasien mungkin mengalami anemia defisiensi besi, atau penyakit kronis.
ii. RUMUSAN MASALAH
1. Penurunan kadar Hb, Ht, MCV, MCH, MCHC, serum ion dalam darah
2. Pasien mengalami Hernia inguinalis lateralis sinistra reponibilis dan bising sistolik pada semua ostia
iii. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan Penulisan:
1. Melihat fungsi besi dalam tubuh
2. Mengetahui dampak dan akibat kekurangan besi dalam tubuh
Manfaat Penulisan:
1. Mengetahui hubungan antara kekurangan besi dengan anemia defisiensi besi
II. STUDI PUSTAKA
Zat besi (Fe) merupakan salah satu elemen penting dalam tubuh, terutama dalam eritropoiesis, selain itu juga berfungsi untuk bagian enzim yang mempengaruhi respirasi sel dan sintesa DNA, oksidasi sel dan berperan dalam sistem imun(Ilmu Penyakit Dalam jilid II, hal.406).
Jumlah besi dalam bayi kira-kira 400 mg, massa eritrosit 60%, feritin dan hemosiderin 30%, mioglobin 5-10%, hemenzim 1%, dan besi plasma 0,1%. Pengangkutan besi dari rongga usus sampai menjadi transferin dalam plasma terjadi dalam beberapa tahap(Ilmu Kesehatan Anak).
` Besi dalam makanan terikat dalam molekul lain yang lebih besar. Di dalam lambung besi akan dibebaskan menjadi ion feri oleh pengaruh HCl. Di dalam usus halus, ion feri diubah menjadi ion fero oleh pengaruh alkali. Ion fero inilah yang kemudian digunakan untuk penyerapan pada sel mukosa usus. Sebagian akan disimpan sebagai persenyawaan feritin dan sebagian masuk ke peredaran darah berikatan dengan protein yang disebut transferin. Selanjutnya transferin ini digunakan untuk sintesis Hb. Sebagian transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Ion fero lebih mudah diabsorbsi dibanding feri.(Ilmu Kesehatan Anak,hal.433)
Besi diabsorbsi terutama di dalam duodenum dalam bentuk fero dan dalam keadaan asam. Absorbsi ditentukan oleh faktor endogen, eksogen, dan usus itu sendiri. Misalnya jika cadangan besi berkurang maka jumlah besi yang diabsorbsi meningkat. Atau jika ada sumber makanan yang meruopakan faktor inhibisi dari besi, maka penyerapannya dapat berkurang. Faktor usus juga membawa pengaruh karena asam lambung mempermudah absorbsi untuk melepaskan besi dari kompleks feri sedang sekret pankreas menghambat absorbsi besi(Ilmu Penyakit Dalam jilid II, hal.405).
Pengeluaran besi dari tubuh yang normal adalah: bayi 0,3-0,4 mg/hari, anak 4-12 tahun 0,4-1 mg/hari, laki-laki dewasa 1,0-1,5 mg/hari, wanita dewasa 1,0-2,5 mg/hari dan wanita hamil 2,7 mg/hari.(Ilmu Kesehatan Anak jilid II, hal.434)
Kebutuhan besi dari bayi dan anak jauh lebih besar dari pengeluarannya, karena besi digunakan untuk pertumbuhan. Kebutuhan rata-rata seorang anak 5 mg/hari, tetapi bila terjadi infeksi dapat meningkat hingga 10 mg/hari.(Ilmu Kesehatan Anak jilid 1, hal.434)
Bayi baru lahir yang sehat memiliki cadangan besi yang cukup hingga dia berusia 6 bulan, sedangkan bayi prematur persediaan besinya hanya cukup hingga dia berusia 3 bulan. Makanan yang mengandung besi adalah hati, ginjal, daging, telur, buah dan sayur yang mengandung klorofil.(Ilmu Kesehatan Anak jilid 1, hal.434)
Ditinjau dari segi umur penderita, etiologi anemia defisiensi besi secara umum dapat digolongkan menjadi:
1. Bayi dibawah usia 1 tahun
a. Kekurangan depot besi dari lahir, misalnya pada prematuritas, bayi kembar, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia.
b. Pemberian makanan yang terlambat, yaitu karena bayi hanya diberi ASI saja.
2. Anak umur 1-2 tahun.
a. Infeksi berulang-ulang seperti enteritis, bronkopneumonia, dsb
b. Diet yang tidak adekuat
3. Anak umur lebih dari 5 tahun
a. Kehilangan darah kronis karena infestasi parasit
b. Diet yang tidak adekuat(Ilmu Kesehatan Anak jilid II, hal.435)
Defisiensi besi juga dapat terjadi akibat besi dalam makanan kurang, gangguan absorbsi, perdarahan kronik, anomali kongenital saluran nafas dan kebutuhan yang meningkat.
Sebelum terjadi anemia defisiensi besi, terlebih dahulu terjadi deplesi besi, kemudian defisiensi besi tanpa anemia dan akhirnya anemia defisiensi besi.
Deplesi besi merupakan permulaan kekurangan besi dimana cadangan besi didalam tubuh berkurang atau tidak ada, tetapi besi dalam plasma masih normal dan Hb dan Ht juga normal. Defisiensi besi tanpa anemia yaitu selain cadangan besi, juga besi dalam plasma sudah berkurang tetapi Hb tetap normal. Pada tahap ini terjadi kenaikan protoporfirin karena tidak mengandung besi. Anemia defisiensi besi terjadi bila cadangan besi, besi di dalam plasma dan hemoglobin kurang dari normal(Ilmu Penyakit Dalam jilid II, hal.405).
Gejala anemia defisiensi besi adalah anak tampak lemas, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabel dan sebagainya. Mereka biasanya tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya bersifat menahun. Tampak pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara. Papil lidah tampak atrofi. Jantung agak membesar dan terdengar murmur sistolik yang fungsionil(Ilmu Kesehatan Anak jilid 1, hal.435).
Gambaran laboratorium pada anemia defisiensi besi, kadar Hb <10g%; MCV <79cµ, MCHC <32%, mikrositik, hipokromik, poikilositosis, sel target. Leukosit dan trombosit normal. Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan sistem eritropoietik hiperkatif dengan sel normoblas polikromatofil yang predominan. Dengan demikian terjadi maturation arrest pada tingkat normoblas polikromatofil. Dengan perwarnaan khusus dapat dibuktikan tidak ada besi dalam sumsum tulang. Serum iron merendah dan Iron Binding Capacitiy meningkat(Ilmu Kesehatan Anak jilid 1, hal.435).
Diagnosis ditegakkan atas dasar ditemukannya penyebab defisiensi besi, gambaran eritrosit mikrositik hipokromik, SI rendah dan IBC meningkat, tidak terdapat besi dalam sumsum tulang dan reaksi yang baik terhadap pengobatan dengan besi
Pengobatan yang digunakan mencakup pemberian makanan yang adekuat. Sulfas ferosus juga digunakan. Obat ini murah tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan enteritis. Hasil pengobatan dapat terlihat dengan kenaikan retikulosit dan kenaikan kadar Hb 1-2g%/minggu. Di samping itu dapat pula diberi preparat besi parenteral. Obat ini lebih mahal harganya dan penyuntikkannya harus intramuskular dalam atau ada pula yang dapat diberikan secara intravena(Ilmu Penyakit Anak jilid 1, hal. 436).
Transfusi darah hanya diberikan jika kadar Hb dibawah 5 g% dan disertai keadaan umum yang tidak baik, misalnya gagal jantung, bronkopneumonia dan sebagainya. Umumnya jarang diberikan transfusi darah karena perjalanan penyakitnya menahun. Pemberian obat-obatan juga menunjang pengobatan. Pemberian sulfas ferosus berguna untuk menaikkan kadar besi. Pemberian lasix dapat:
-Meningkatkan resiko ototoksisitas jika digunakan dengan aminoglikosida, Sisplatin serta nefrotoksisitas jika digunakan dengan aminoglikosida, Sefaloridin.
- ACE inhibitors bisa menyebabkan penurunan tekanan darah secara jelas.
- antagonisme dengan Indometasin.
- potensiasi terjadi jika digunakan dengan Salisilat, Teofilin, Litium, dan relaksan otot tipe Kurare.
- hipokalemia bisa mempercepat toksisitas Digitalis..Pemberian aldacton berfungsi untuk mengurangi respon vaskuler terhadap noradrenalin.
Tetapi menimbulkan kontra indikasi salah satunya adalah kehabisan Kalium. Karena itu ditambahkan aldacton untuk menghemat kalium. Aldacton berfungsi untuk mengurangi respon vaskuler terhadap noradrenalin, menghalangi klirens Digoksin, kalium tambahan atau zat-zat penyerap kalium, karbenoksolon(Medicastore).
III. DISKUSI / BAHASAN
Seorang anak laki-laki 2 tahun 6 bulan, BB 11 kg dengan hernia inguinalis lateralis sinistra reponibilis yang pada pemeriksaan pre operasi didapatkan bising sistolik pada semua ostia. Pada anamnesis ditemukan berat badan tidak naik-naik, pucat, tidak mengeluh sesak nafas sebelumnya.
Apakah ada hubungannya antara hernia inguinalis lateralis reponibilis dengan bising sistolik atau dengan kekurangan besi yang dialami anak tersebut? Bising sistolik diakibatkan oleh regurgitasi darah yang mengalir dari atrium ataupun ventrikel kanan dengan atrium atau ventrikel kiri, yang mungkin juga diakibatkan oleh defek septum ventrikel, atau gagal menutupnya foramen ovale sehingga mengakibatkan tubulensi. Pada kasus ini, anak tersebut mengalami gangguan pada semua ostia. Ini mengakibatkan kualitas darah yang mengalir menjadi berkurang, karena terjadi campuran antara darah arteriel dan darah venosa.
Bising sistolik mungkin mengakibatkan anemia defisiensi besi. Namun jika demikian maka anemia defisiensi besi ini diakibatkan oleh perdarahan. Dan gambaran darah tepi pada kasus perdarahan adalah normositik dan normokromik. Sedangkan pada kasus ini, anak tersebut memiliki gambaran darah tepi mikrositik dan hipokromik. Maka anemia pada anak ini tidak diakibatkan oleh kebocoran pada semua ostia.
Hernia memungkinkan terjadinya perdarahan dan pada akhirnya mengakibatkan anemia. Pada kasus anak ini, hernia yang dialami mampu kembali ke posisi semula tanpa operasi, sehingga tidak mengakibatkan perdarahan. Maka hernia juga bukan penyebab anemia yang diderita anak ini.
Pada anamnesis, ditemukan berat badan tidak naik-naik. Sehingga dapat disimpulkan anak ini menderita anemia defisiensi besi yang diakibatkan oleh kekurangan gizi. Mungkin karena pemberian makanan yang terlambat atau diet yang tidak adekuat. Perlu penatalaksanaan untuk menaikkan kadar besi pada anak ini untuk mengobati anemianya. Pemberian sulfas ferosus pada anak ini berguna untuk menaikkan kadar besi.
Karena anak ini menderita hernia inguinalis lateralis sinistra reponibilis, maka direncanakan untuk melakukan operasi. Tetapi saat pemeriksaan pre operasi ditemukan bahwa anak ini menderita bising sitolik pada semua ostia, juga penurunan kadar Hb dan Ht yang dikarenakan oleh anemia defisiensi besi. Gangguan pada darah dan jantung anak ini mungkin akan memperberat kondisi pasca operasi jika dipaksakan. Oleh karena itu diperlukan pengobatan pre operasi untuk mengobati anemia defisiensi besi yang diderita.
IV. KESIMPULAN
-Anak tersebut menderita anemia defisiensi besi karena kekurangan gizi
-Perlu dilakukan pengobatan untuk anemia,gangguan jantung dan hernia anak ini
-Perlu pengobatan untuk menaikkan kadar besi dalam tubuh
-Pencegahan dapat dilakukan sebelumnya dengan pemberian dengan asupan gizi yang cukup
-Setelah sembuh perlu tetap memperhatikan asupan makanan dengan gizi yang cukup







V. DAFTAR PUSTAKA
Library USU. 2008. Anemia Defisiensi Besi Pada Balita, (Online), (http://www.library.usu.ac.id/modules.php?op=modload& name=Downloads&file=index&req=getit&lid=996, diakses tanggal 14 February 2008)
Waspadji, Sarwono ,Soeparman. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Penerbiy FK UI
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 1997. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika
Medicastore. 2008. Aldactone, (Online), (http://www.medicastore.com/med/detail_obat.php?idobat=0000000141&keyword=Spironolactone;%20Pfizer;%20Spironolakton;%20Gangguan%20edematosa;%20gagal%20jantung%20kongestif;%20CHF;%20sirosis%20hati;%20sindroma%20nefrotik;%20edema%20idiopatik;%20aldosteronisme%20primer;%20hipertensi;%20hirsutisme;%20diuretika;tekanan%20darah%20tinggi&UID=2007123019215061.5.16.31, diakses tanggal 15 Februari 2008)
Medicasatore. 2008. Lasix (Online), (http://www.medicastore.com/med/detail_obat.php?idobat=0000003422&keyword=Furosemid;%20Furosemida;%20Aventis%20Pharma;%20edema;%20hypertension;%20tekanan%20darah%20tinggi;%20hipertensi;%20asites%20hati;%20diuretika;%20darah%20tinggi;%20diuretik;%20oedema&UID=2007123019215061.5.16.31, diakses tanggal 15 February 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

onbux

Neobux

Sign by Danasoft - Get Your Free Sign