Jumat, 05 Juni 2009

Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

SINDROM OVARIUM POLIKISTIK
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia terdapat 12% baik di desa maupun di kota, kira-kira terdapat 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia. Dan dari jumlah ini kira-kira hanya 50% yang dapat ditolong (Sumapraja, 1997).
Jika pada wanita sering didapati oligomenorrhea ataupun amenorrhea primer, maka ada kemungkinan terjadi gangguan kesuburan pada wanita ini. Terdapat beberapa kelainan yang dapat menimbulkan gangguan kesuburan, salah satunya adalah kelainan pada ovarium. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang polycystic ovarian syndrome (PCOS), yang juga mengakibatkan infertilitas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi sistema genitalia interna
2. Fisiologi ovarium
3. Etiologi, patofisiologi, gambaran klinis dari sindrom ovarium polikistik (polycystic ovarian syndrome)
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Menerapkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar ilmu biomedik, klinik, etika medis, dan ilmu kesehatan masyarakat guna mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan tingkat primer dalam kasus polycystic ovarian syndrome
b. Tujuan Khusus:
Mengetahui tanda dan gejala kelainan-kelainan polycystic ovarian syndrome
2. Manfaat
a. Bagi Penulis
Guna dapat menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu dengan mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer, khususnya berkaitan dengan kelainan polycystic ovarian syndrome.
b. Bagi Universitas Sebelas Maret
Sebagai bahan dokumentasi pembahasan tentang polycystic ovarian syndrome dan bahan tinjauan untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan perhatian lebih terhadap kasus polycystic ovarian syndrome dalam pengambilan kebijakan umum maupun pengembangannya.
d. Bagi Masyarakat
Guna memacu semangat hidup sehat sehingga dapat ikut serta meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada khususnya dan taraf kesehatan nasional pada umumnya.
II. STUDI PUSTAKA
A. ANATOMI SISTEMA GENITALIA INTERNA
Organa genitalia feminina dibagi menjadi organa gentalia externa dan interna. Yang termasuk organa genitalia interna adalah ovarium, tuba uterina, uterus, dan vagina. Sedangkan yang termasuk organa genitalia externa adalah mons pubis, labia majora, labia minora, clitoris, vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan bulbus vestibuli (Budianto, 2005).
Ovarium berfungsi untuk menghasilkan ovum. Ovarium homolog dengan testis pada pria. Organ ini melekat pada ligamentum latum uteri, terletak pada sebelah dorsocaudal dari tuba uterina. Biasanya ovarium terletak pada sumbu vertikal, tetapi juga ikut dalam pergerakan ligamentum dan uterus (Budianto, 2005).
Tuba uterina disebut juga tuba falopii atau oviduct. Merupakan saluran yang berfungsi menyalurkan ovum dari ovarium ke dalam cavum uteri. Pada ujung tuba uterina terdapat fimbriae-fimbriae yang salah satunya akan berhubungan dengan ovarium. Ini mengakibatkan adanya ruang kosong yang terbentuk antara tuba uterina dengan ovarium. Namun demikian pada siklus ovulasi, ovum tetap dapat dengan mudah masuk ke dalam tuba uterina, mekanisme dari hal ini akan dibahas kemudian. Bangunan yang menjorok ke ovarium disebut infundibulum. Terdapat pembesaran tuba pada lengkungan tuba di atas ovarium, yaitu ampulla tubae. Pada tempat ini biasanya terjadi pembuahan. Semakin mendekati uterus terdapat bangunan tubae yang menyempit, dinamakan isthmus tubae. Serta bagian yang menjorok ke arah cavum uteri adalah pars intramural (Guyton, 1997; Budianto, 2005).
Uterus merupakan organ muskuler dengan rongga di sebelah dalamnya. Terdapat rongga antara uterus dengan vesica urinaria di depannya dan rectum di belakangnya. Uterus pada bagian bawah akan berhubungan dengan vaginae. Uterus pada bagian atas terdapat fundus uteri, yaitu bangunan menyerupai kubah. Uterus pada bagian tengah terdapat corpus uteri yang merupakan bagian terbesar uterus. Di bawah corpus uteri terdapat serviks uteri yang akan menjorok hingga ke dalam vaginae. Uterus dibagi menjadi tiga lapisan, perimetrium, miometrium dan endometrium. Miometrium terdiri dari tiga lapis, terdapat stratum longitudinal (pars submukosa), stratum sirkuler (pars vaskulosa), dan stratum longitudinal (pars supravasculosa). Endometrium adalah permukaan dalam uterus, yang pada siklus menstruasi akan mengalami peluruhan. Stratum kompakta dan spongiosa akan mengalami peluruhan, sedangkan stratum basal tidak mengalami peluruhan. Di dalam endometrium ini juga sel telur yang telah dibuahi akan bernidasi. Pada kehamilan, uterus akan membesar dan menjadi tempat bagi janin berkembang hingga aterm (Guyton, 1997; Budianto, 2005).
B. FISIOLOGI OVARIUM
Salah satu fungsi ovarium adalah menghasilkan ovum. Proses siklik ini menghasilkan satu sel ovum untuk satu kali siklus. Siklus ini terjadi karena keseimbangan beberapa faktor, diantaranya adalah regulasi hormon. Siklus ini rata-rata berlangsung tiap 28 hari, dengan nilai normal terendah 20 hari dan tertinggi 45 hari. Pada satu kali siklus hanya terdapat satu ovum yang mengalami ovulasi, sehingga normalnya hanya ada satu janin yang akan tumbuh. Pada masa ini endometrium juga disiapkan untuk implantasi ovum yang telah dibuahi pada saat tertentu pada masa subur wanita (Guyton, 1997).
Perubahan ovarium selama siklus seksual bergantung seluruhnya pada hormon gonadotropik, FSH dan LH. Ketiga hormon ini nantinya akan berperan dalam perkembangan folikel primordial, menjadi foliker primer, folikel sekunder, folikel matang yang kemudian terjadi ovulasi (Guyton, 1997; Hanafiah, 1997; Wiknjosastro, 1997).

Tahap pertama perkembangan folikel dimulai dengan pertumbuhan sel ovum menjadi lebih besar. Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan granulosa tambahan, dan terbentuk folikel primer. FSH dapat mempercepat pertumbuhan 6-12 folikel tiap bulan. Sehingga sisa dari folikel yang bertumbuh namun tidak mengalami ovulasi ini akhirnya akan mengalami atresia (Guyton, 1997; Hanafiah, 1997).
Secara umum, siklus ovarium dimulai dengan pelepasan GnRH yang merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan FSH dan LH. FSH kemudian akan merangsang folikel yang sudah matang untuk memproduksi estrogen(Hanafiah, 1997; Wiknjosastro, 1997; Guyton, 1997).
Estrogen mengakibatkan folikel menjadi lebih peka pada rangsangan FSH dan LH. LH akibat perangsangan estrogen memberikan efek tambahan pada rangsangan FSH dan mempercepat fase sekresi folikuler. Estrogen ternyata juga memiliki efek umpan balik negatif bagi FSH, sehingga pada kadar tertentu produksi FSH akan semakin ditekan hingga produksi estrogen sangat berkurang. Pada fase ini selain terjadi perkembangan folikel, dinding endometrium juga mengalami proliferasi dan menebal dengan sangat cepat (Guyton, 1997).
LH yang bekerja akan mengakibatkan kenaikan progesteron, dan terjadi fase sekresi. Kenaikan ini akan mengakibatkan ovulasi, dan ovum akan keluar dari folikel. Folikel yang tertinggal akan berubah menjadi korpus luteum yang kemudian mensekresikan estrogen dan progesteron. Pada fase ini juga masih terjadi perkembangan endometrium untuk mempersiapakan implantasi. Jika ovum tidak segera dibuahi maka 14 hari setelahnya akan terjadi menstruasi. Dinding endometrium yang tadinya disiapkan untuk implantasi ovum yang telah dibuahi, akan luruh bersama dengan pecahnya pembuluh darah di endometrium dan mengakibatkan perdarahan (Guyton, 1997; Hanafiah, 1997; Wiknjosastro, 1997).
Pada saat ovulasi, ovum yang lepas dari ovarium akan ditangkap oleh tuba uterina melalui fimbriae. Aliran arus yang diakibatkan silia tubae uterina menyebabkan ovum dapat ditangkap oleh fimbriae. Juga dapat terjadi sekalipun tubae uterina dipotong dan ovarium sisi berlawanan dipotong, ovum yang terlepas dari sisi ovarium yang berlawanan tetap dapat ditangkap tubae uterina dari sisi yang berlawanan (Guyton, 1997).
III. DISKUSI / BAHASAN
Sindrom Stein Levethall (PCOS) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1955. Ditandai dengan tanda-tanda infertilitas, amenorea atau oligomenorea sekunder, kadang-kadang agak gemuk, sering kali (kurang lebih 50%) hirsutisme tanpa maskulinasi, dan dengan kedua ovarium membesar. Prevalensinya sekitar 5-10% jumlah penduduk, .Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul ovarium membesar (Sutoto, 1997 (Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoro, 354-355)).
Kelainan ini mungkin disebabkan oleh gangguan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi; oleh karena endometrium hanya dipengaruhi estrogen, hiperplasi endometrium sering ditemukan (Sutoto, 1997).
Tes laboratorium sering menunjukkan kenaikan serum androgen, kenaikan rasio LH/FSH, abnormalitas lipid, dan resistensi insulin. Anovulasi diidentifikasi pada wanita dengan konsentrasi LH tinggi dan FSH yang rendah, 21-progesteron yang rendah, atau dengan USG. PCOS mungkin berhubungan dengan disfungsi hipotalamus hipofisis dan resistensi insulin. Kelainan primer pada ovarium yang berkontribusi pada kasus ini masih belum jelas.
Pasien-pasien PCOS seringkali mencari pengobatan atas infertilitas atau hirsutisme. Hirsutisme dapat diobati dengan berbagai obat-obatan yang menurunkan kadar androgen. Infertilitas pada pasien-pasien PCOS seringkali berespon pada pemberian klomifen sitrat. Baru-baru ini ditemukan bahwa pemberian metformin dapat meningkatkan tingkat fertilitas, pada pemberian tunggal maupun dikombinasikan dengan klomifen. Penelitian juga menyebutkan bahwa penurunan berat badan 2-7% akan meningkatkan fungsi ovarium pada wanita dengan PCOS. Pada pasien-pasien PCOS yang menderita anovulasi kronik, endometrium hanya distimulasi oleh estrogen sehingga terjadi hiperplasia endometrial. Karsinoma endometrium lebih sering terjadi pada pasien PCOS yang menderita anovulasi jangka panjang. Pemberian agen progesteron dosis tinggi dapat mengembalikan kondisi endometrium yang belum terlalu parah, misalnya dengan pemberian magestrol asetat 40-60mg/d dalam 3 sampai 4 bulan.
Diagnosis dibuat atas dasar gejala-gejala klinis, laparoskopi dapat membantu dalam membuat diagnosis. Menurut konsensus internasional, diagnosis PCOS dapat ditegakkan dengan menemukan setidaknya dua dari tiga tanda : oligomenorea atau amenorea, hyperandrogenism, dan polycystic ovarium pada pemeriksaan USG. Sebagai diagnosis diferensial perlu dipikirkan tumor ovarium yang mensekresi androgen,tetapi biasanya terdapat hanya pada satu ovarium, dan menyebabkan perubahan suara dan klitoris. Perlu dipikirkan pula kemungkinan hiperplasia korteks adrenal atau tumor adrenal(Sutoto, 1997).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Polycystic ovarian syndrome dapat mengakibatkan gangguan fertilitas yang ditandai dengan amenorea atau oligomenorea.
2. Polycystic ovarian syndrome mengakibatkan hirsutisme.

B. Saran
1. Secara aplikatif, hendaknya Pemerintah memberikan perhatian dan bantuan lebih terhadap dunia kesehatan, khususnya pada penanganan infertilitas, dalam hal ini pada kasus-kasus polycystic ovarian syndrome. Dengan meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan masyarakat.


V. DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy 2. Surakarta : Keluarga Besar Anatomi FK UNS. pp : 220-235
Dorland, W.A.N., 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Alih Bahasa: Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC. p: 5
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 29. Alih Bahasa: Irawati setiawan et. al. Jakarta: EGC. pp: 1283-1289
Hanafiah, Jusuf, M. 1997. Haid dan Siklusnya. Dalam : Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp :103-120
Wiknjosastro, Hanifa. 1997. Anatomi Alat Kandungan. Dalam : Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp :31-44
Wiknjosastro, Hanifa. 1997. Fisiologi Haid. Dalam : Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp :45-54
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 1997. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital. Dalam : Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp : 354-355

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

onbux

Neobux

Sign by Danasoft - Get Your Free Sign